Pengalaman Hidup

menghargai apa yang kita lakukan saat ini berarti menghagai hidup, waktu tak bisa di tarik mundur dan waktu tak perna berheti.

Selasa, 07 April 2009

Sahabat...

Kulihat keletihan dari parasmu, keluhan pada kata katamu, kelelahan pada gerikmu, ketegangan pada jiwamu.
Hidup di saat ini memang semakin berat, hari2 kian panjang, pelita hati pun terkadang meredup bergoyang dipermainkan badai hidup.
Kutahu, karena kita melewati jalan yang sama.
Namun usia kita, adalah masa pendakian kita. Saat kita berjuang, dengan peluh dan pengorbanan. Saat kita menguji ketabahan. Saat kita mencari tahu dimana ujung titik nadir.

Sahabat...

Genggam cita dengan erat, kejar..., teruskan mengejarnya
Kejar dengan segenap jiwa raga, dengan cinta dan suka cita.
Impikan cita bagai merindu belahan jiwa, yakinlah ia menunggumu setia.
Menunggu dengan pakaian terindah, menunggu dengan senyum merekah.
Kutahu, karena saat ini pun ia sedang memandangimu.

Sahabat...

Walau kini posisi berdiri kita beragam, walau nanti puncak kita berbeda. Jangan jadikan sebagai halangan untuk bergandeng tangan. Namun artikan sebagai harmoni sang pencipta.
Dunia masih berputar kawanku, angin pun selalu berubah. Setiap tarikan nafas, setiap degupan jantung adalah anugrah.
Kesempatan tak pernah hilang, namun butuh kolam yang tenang untuk terlihat, butuh kehangatan untuk menguak kabut pekat.

Kuingin kita bersama hingga akhir perjananan nanti
Bercerita tentang indahnya perjalanan, lucunya sandiwara kehidupan, manis getirnya takdir.
Karena yakinilah kenikmatan pada sebuah perjuangan yang utama bukan pada hasil, namun dalam perjalanannya.
Maka berjalanlah dengan lapang dada, dengan hati berbunga.

Sahabat...

Perjalanan kita masih panjang, namun bersamamu aku riang
Beban kita kian berat, namun bersamamu aku semangat
Pikiran semakin penuh, tapi bersamamu ku tak jenuh
Penggalan jalan di depan masih kelam, tapi bersamamu kurasakan tentram.

Sahabat...
Terima kasih......
24-03-1976 - 24-03-2009

co.Ezmir

Selengkapnya....

Sabtu, 08 Desember 2007

Lata, AIDS !!!

Catatan kecil 1 minggu hari AIDS se-dunia.

AIDS…Kalimat ini seringkali kita dengar, suatu penyakit yang membuta orang takut, suatu penyakit yang mematikan, penyakit yang belum ada obat nya, AIDS juga eidetik dengan pembagian KONDOM gratis.

Pada bulan November akhir atau pada awal Desember semua orang di Indonesia menjadi latah tiba - tiba setiap hari pada minggu ini mereka menyebukan kata AIDS atau HIV-AIDS. Mulai dari dokter, advokat, pengusaha, organisasi mahasiswa, organisasi keagamaan, TNI dan Polri, remaja bahkan tukang becak dan pemulung mendadak membicarakan tentang AIDS. karena pada tanggal 1 Desember AIDS berulang tahun.

Peringatan ulang tahun ini menjadi sangat istimewa karena para pejabat Negara mulai dari tingkat lurah hingga presiden ikut merayakan, perayaan di lakukan dengan berbagai cara mulai dari diskusi sampai dengan pentas musik akbar ada juga yang berdemo, tempat perayaannya pun beragam mulai dari tempat possitusi sampai istana Negara

Setelah desember berlalu perayaan pesta akbar pun selesai, Mahasiswa kembali ke kampus, pejabat mulai sibuk dengan agenda kerja dan politiknya masing-masing. AIDS hanya menjadi acara seremonial pada bulan desember yang makna dan artinya hanya di pahami pada saat itu saja dan setelahnya hanya menjadi kumpulan berita.

Dari tahun ketahuan hal ini selalu terjadi, STOP AIDS hanya tinggal slogan dan TEPATI JANJI juga hanya slogan untuk pada saat perayaan, yang tersisa dari perayaan akbar ini adalah dokumentasi berita di media masa dan kasus yang meningkat setiap tahunnya.

Bayangkan jika AIDS berulang tahu setiap bulan atau setiap minggu banhakan kalau mungkin setiap hari pastilah masalah penyebaran HIV-AIDS ini capat selesai kerena dari pejabat dan hingga tukang becak (semua elemen masyarakat di negeri ini) menjadi peduli dan mengerti tentang HIV –AIDS.

yang ikutan LATA
Selengkapnya....

Sabtu, 29 September 2007

Perempuan yang HIV positif bolehkah punya anak ??

Perempuan yang HIV positif bolehkah punya anak ??
Mempunyai anak adalah hak apakah seorang wanita yang HIV positif Boleh memilik anak dari rahim nya ?

Boleh. Namanya juga hak kok. Tapi apakah hak yang dimiliki untuk punya anak itu yakin ga akan merugikan?
Sesuai hukum... semua wanita berhak mempunyai anak. Tapi sesuai hukum juga, hak yang kamu miliki hendaknya jangan sampai merugikan org lain.
Sama dengan kasus ini... wanita positif HIV berhak memiliki anak... tetapi konsekuensinya jelas merugikan anak yang nantinya dilahirkan karena virus HIV yang si ibu miliki. Konsekuensi ini ga mungkin kita bisa bilang tidak buruk. Mungkin sebelum menjadi ibu, kita masih berpikiran akan hak kita sebagai seorang wanita... tetapi ketika kamu sudah menjadi seorang wanita yang menjadi ibu dari anak kalian, rasa bersalah dan menyesal mungkin akan muncul. Belum lagi ditambah dengan biaya rumah sakit untuk si anak yang terkena HIV dan si ibu sendiri yang masih memiliki virus tersebut. Sebagai ibu, tentu juga harus memikirkan dirinya, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk perawatan rumah sakit juga double (utk dia dan anaknya). Selain itu, jangan dilupakan biaya untuk keperluan lainnya =)

Jadi, bukan tidak boleh... jawabannya boleh... tetapi ada konsekuensi2 lain yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk memiliki anak dengan keadaan HIV positif.



Selengkapnya....

Senin, 23 Juli 2007

Hepatitis C (HCV) & HIV

Apakah Hepatitis C Itu?

Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan virus hepatitis C (HCV). Penyakit ini disebarkan melalui darah yang terinfeksi HCV. HCV mudah menular bila pengguna narkoba memakai peralatan suntiknya bergantian. Lebih dari 80 persen pengguna narkoba suntikan terinfeksi HCV. Hepatitis C juga dapat disebarkan melalui hubungan seks.

HCV lebih mudah ditularkan dibanding HIV melalui darah yang tercemar. Di Indonesia, ada kurang-lebih 40 kali lebih banyak orang HCV-positif dibanding HIV-positif. Kita bisa terinfeksi HCV dan tidak menyadarinya. 15‑30 persen orang memberantas HCV dari tubuhnya tanpa pengobatan. 70‑85 persen lainnya mengembangkan infeksi kronis, dan virus ini bermukim dalam tubuhnya kecuali bila berhasil diobati. HCV mungkin tidak menyebabkan masalah selama kurang-lebih sepuluh tahun atau bahkan jauh lebih lama, tetapi HCV dapat mengakibatkan kerusakan hati parah yang menyebabkan hatinya gagal dan kematian.

Bagaimana HCV Didiagnosis?

Setelah HCV merusak hati, tes darah akan menunjukkan hasil tes fungsi hati yang tidak normal.
Bahkan hasil tes fungsi hati normal, HCV mungkin sudah mulai merusak hati. Jika kita HIV, sebaiknya kita dites HCV, terutama jika kita pernah memakai peralatan suntik narkoba bergantian.

Tes darah untuk infeksi HCV termasuk tes antibodi HCV dan tes viral load. Tes ini serupa dengan tes HIV. Viral load HCV sering kali berjuta-juta. Hasil tes ini tidak meramal laju penyakit seperti viral load HIV. Tes antibodi HCV mungkin tidak menemukan infeksi HCV pada kurang-lebih 20 persen orang dengan HIV dan HCV. Odha dengan tes funsi hati yang abnormal sebaiknya mempertimbangkan untuk melakukan tes viral load HCV.

Beberapa dokter melakukan tes yang disebut biopsi, untuk menyakinkan adanya kerusakan hati kita. Sel hati diambil dengan jarum yang tipis, dan diperiksa dengan mikroskop. Biopsi adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah hati kita rusak.

Bagaimana Hepatitis C Diobati?

Infeksi HCV lebih mudah disembuhkan jika pengobatan dimulai sangat dini sejak terinfeksi. Sayangnya, tanda awal hepatitis tampaknya seperti flu. Sebagian besar kasus baru didiagnosis beberapa tahun setelah terinfeksi.

Langkah pertama dalam mengobati HCV adalah untuk menentukan jenis HCV. Ada enam jenis HCV yang diketahui, yang disebut “genotipe”. Sebagian besar orang terinfeksi dengan genotipe 1. Beberapa orang terinfeksi genotipe 2 atau 3. Genotipe 1 lebih sulit diobati dibandingkan genotipe 2 atau 3.

Pengobatan umum untuk HCV adalah kombinasi obat interferon dan ribavirin. Interferon harus disuntikkan di bawah kulit tiga kali seminggu. Ribavirin adalah pil yang dipakai dua kali sehari. Obat ini mempunyai efek samping yang parah, termasuk gejala mirip flu, lekas marah, depresi, dan kadar rendah sel darah merah (anemia) atau sel darah putih.

Ribavirin meningkatkan jumlah ddI dalam aliran darah, dan dapat meningkatkan efek samping ddI. Jangan memakai ribavirin sekaligus dengan AZT. Ribavirin dapat menyebabkan cacat lahir. Perempuan sebaiknya tidak memakainya selama enam bulan atau lebih sebelum menjadi hamil, atau selama kehamilan. Laki-laki sebaiknya tidak memakai ribavirin untuk sedikitnya enam bulan sebelum menghamili seorang perempuan.

Pada 2001, bentuk interferon baru yang disebut “pegylated interferon” disetujui untuk mengobati HCV. Jenis obat ini bertahan lebih lama dalam darah. Hanya satu suntikan dibutuhkan setiap minggu. Pegylated interferon tampaknya lebih kuat dari bentuk asli. Obat ini juga dipakai dalam kombinasi dengan ribavirin.

Pengobatan HCV biasanya berjalan selama 6‑12 bulan, tergantung genotipe HCV. Setelah pengobatan, kurang-lebih 40 persen pasien dengan HCV genotipe 1 dan 80 persen pasien dengan genotipe 2 atau 3 mempunyai viral load HCV yang tidak dapat dideteksi. Ini berarti jumlah HCV dalam darahnya terlalu rendah untuk dideteksikan. Persentase ini berlaku untuk orang dengan HCV, tidak untuk orang yang juga terinfeksi HIV. Angka untuk Odha lebih rendah. Orang dengan viral load HCV yang masih dapat dideteksi setelah pengobatan mungkin perlu terus memakai interferon pada dosis lebih rendah, disebut “terapi pemeliharaan.”

Beberapa unsur dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan HCV. Kita lebih baik menanggapi pengobatan jika kita:

Mempunyai HCV genotipe 2 atau 3
Mulai dengan viral load HCV yang lebih rendah
Mulai sebelum HCV merusak hati
Perempuan
Di bawah usia 40 tahun
Tidak minum minuman beralkohol
Dapatkah HCV Dicegah?

Belum ada vaksin untuk HCV. Cara terbaik untuk mencegah infeksi HCV adalah menghindari terkena darah yang terinfeksi HCV, misalnya tidak memakai peralatan suntik narkoba bergantian.

Koinfeksi HCV dan HIV

Karena HIV dan HCV ditularkan melalui hubungan dengan darah yang terinfeksi, banyak orang terinfeksi kedua virus ini, yang disebut koinfeksi. Koinfeksi menimbulkan masalah khusus. HCV mempersulit penyakit HIV. Ini mungkin karena hatinya rusak. Namun, HCV tampaknya tidak mengganggu terapi antiretroviral (ART).

Orang dengan kedua infeksi lebih mungkin depresi. Hal ini dapat menyebabkan kelupaan dosis obat (kurang kepatuhan, lihat LI 416) dan lebih mungkin mengalami masalah pemikiran (LI 504)
Untuk orang dengan HIV, HCV dapat lebih parah dan dapat lebih cepat menyebabkan kerusakan hati. Pengobatan HCV untuk orang yang koinfeksi berhasil untuk kurang-lebih 25 persen orang dengan genotipe 1 dan 50 persen dengan gentotipe 2 atau 3
Orang dengan HIV lebih mungkin menularkan HCV karena viral load HCV-nya lebih tinggi
Obat yang dipakai untuk mengobati HIV mengganggu hati. Namun, kami belum tahu apakah ARV memperburuk HCV
Kadang HIV sebaiknya diobati dulu. Jika kita memenuhi kriteria untuk ART, dan infeksi HCV kita ringan, HIV kita sebaiknya diobati lebih dahulu. HIV yang tidak diobati selama 6‑12 bulan dapat menimbulkan akibat yang parah
Kadang HCV sebaiknya diobati dulu. Jika HIV kita belum perlu diobati (jika jumlah CD4 cukup tinggi, dan viral load HIV cukup rendah), lebih baik mengobati HCV dahulu. Setelah HCV diobati, hati dalam keadaan yang lebih baik untuk menghadapi ART
Koinfeksi HIV dan HCV memperlambatkan peningkatan jumlah CD4 setelah ART dimulai
Rumit untuk menangani koinfeksi HIV dan HCV. Kita sebaiknya memilih dokter yang mengetahui kedua penyakit tersebut. Untuk informasi lebih lanjut, baca buku kecil Spiritia ‘Hepatitis Virus dan HIV’.

Garis Dasar

Hepatitis C adalah masalah kesehatan yang parah. Jauh lebih banyak orang terinfeksi HCV dibanding HIV, tetapi mungkin mereka tidak mengetahuinya. Infeksi HCV dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan merusak hati sebelum menyebabkan gejala yang nyata.

Infeksi HIV dapat memperburuk HCV. HCV merusak hati, yang dapat mempersulit penggunaan ART. Orang dengan HIV sebaiknya dites HCV. Pengobatan HCV dini akan lebih berhasil.

Pengobatan untuk orang yang terinfeksi HCV dan HIV memang rumit. Orang ini sebaiknya menemui dokter ahli kedua penyakit ini.

Selengkapnya....

Hepatitis

Apakah Hepatitis Itu?

Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis bisa disebabkan oleh virus, alkohol, narkoba, obat-obatan (termasuk obat yang diresepkan), atau racun. Penyebab lainnya adalah infeksi oportunistik seperti MAC atau CMV

Hepatitis merupakan penyakit yang sangat umum, yang dapat terjadi bahkan pada orang yang sistem kekebalannya baik. Hepatitis juga bisa mengakibatkan goresan hati (sirosis) dan gagalnya fungsi hati, yang bisa mematikan.

Banyak kasus hepatitis tidak diobati karena dikira hanya serangan flu biasa. Gejala hepatitis yang paling umum adalah nafsu makan hilang, kelelahan, demam, pegal sekujur tubuh, mual dan muntah serta nyeri pada perut. Pada kasus yang parah dapat terjadi air seni yang berwarna gelap, buang air besar yang berwarna pucat, dan kulit serta mata yang menguning (disebut ikterus atau jaundice).

Dokter akan memeriksa darah kita untuk melihat apakah hati kita bekerja normal. Tes fungsi hati tersebut mencakup pengukuran kadar bahan kimia tertentu, seperti bilirubin, AST/SGOT dan ALT/SGPT. Kadar zat-zat ini yang sangat tinggi dalam darah mungkin tanda hepatitis. untuk informasi lebih lanjut mengenai tes fungsi hati. Tes darah juga dapat digunakan untuk mencari virus penyebab hepatitis. Adakalanya contoh sel hati diambil dengan memakai jarum (biopsi) dan diperiksa untuk menemukan tanda-tanda infeksi.

Hepatitis Virus

Para ilmuwan mengetahui tujuh virus yang bisa menyebabkan hepatitis. Ini disebut virus hepatitis A, B, C, D, E, F dan G, atau HAV, HBV, dan seterusnya. Lebih dari 90% kasus hepatitis disebabkan HAV, HBV dan HCV.

Hepatitis virus bisa akut atau kronis. Akut berarti kita sakit selama beberapa minggu, tapi kemudian pulih. Hepatitis kronis berarti hati kita mungkin sudah terkena radang selama enam bulan atau lebih. Hepatitis kronis menetap di tubuh kita; kita dapat menulari orang lain, dan penyakit kita bisa menjadi aktif lagi.

HAV dan HEV merupakan penyakit akut dan tidak pernah menjadi kronis. Keduanya menular melalui kontak dengan tinja, baik secara langsung atau pun melalui makanan yang tersentuh oleh tangan yang tercemar.

HBV merupakan virus hepatitis yang paling umum. Infeksi ini bisa ditularkan di antara anggota keluarga, melalui hubungan seks, atau kontak dengan darah yang terinfeksi. Di AS, HBV bisa berkembang menjadi kronis pada kurang-lebih 7 persen Odha yang terinfeksinya. Angka ini lebih rendah daripada yang dulu. Penurunan ini sebagian diakibatkan oleh vaksinasi terhadap HBV. Hal ini juga adalah akibat dari penggunaan terapi antiretorviral (ART) oleh Odha, terutama dengan 3TC (LI 424) yang juga efektif terhadap HBV. HBV jauh lebih berbahaya pada orang yang juga terinfeksi HIV.

HCV biasanya ditularkan melalui kontak dengan darah atau jarum yang tercemar. HCV bisa sangat ringan atau sama sekali tidak menunjukkan gejala, tetapi bisa menyebabkan kerusakan hati yang parah pada kurun waktu sepuluh tahun setelah infeksi awal. Hampir semua orang yang terinfeksi HCV terus-menerus bisa menulari orang lain.

HDV hanya muncul pada orang dengan HBV. Penyakit pada orang yang terinfeksi HDV menjadi lebih parah dibandingkan orang yang hanya terinfeksi HBV.

HFV sangat jarang dan belum dipahami dengan baik, bahkan ada para ilmuwan yang berpendapat bahwa HFV tidak ada.

HGV sebetulnya lebih benar disebut sebagai virus GBV-C. Tampaknya, virus ini tidak menyebabakan penyakit. Infeksi GBV-C adalah umum pada Odha. Satu laporan memberi kesan bahwa infeksi dengan GBV-C mungkin memperlambat perkembangan penyakit HIV. Namun Odha yang mengeluarkan infeksi GBV-C mengalami hasil yang lebih buruk.

Cara terbaik untuk mencegah virus hepatitis adalah dengan menjaga kebersihan dan menghindari hubungan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Kondom dapat membantu mencegah penularan HBV melalui hubungan seks. Selain itu, ada vaksin yang dapat melindungi terhadap HAV dan HBV.

Belum ada pengobatan yang efektif untuk HAV dan HEV, tapi kedua penyakit ini biasanya cepat sembuh. Interferon-alfa dan dua obat anti-HIV – 3TC dan FTC – tampaknya membantu mengobati HBV dan HDV. Pada September 2002, Adefovir dipivoxil (Hepsera®) disetujui di AS untuk mengobati HBV. . Ada beberapa obat baru yang diuji-coba untuk melawan HIV yang tampaknya juga dapat digunakan untuk mengobati HBV, HCV dan HDV.

Tipe Hepatitis Lain

Hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, obat-obatan, atau pun racun mengakibatkan gejala yang sama seperti hepatitis virus. Tugas hati adalah untuk menguraikan zat-zat yang terdapat dalam darah, dan beban dapat menjadi terlalu berat. Beberapa obat yang digunakan untuk memerangi HIV atau pun penyakit terkait AIDS bisa mengakibatkan hepatitis. Begitu juga dengan asetaminofen (nama merek antara lain Bodrexâ dan Panadolâ), obat penawar nyeri yang umum.

Pengobatan yang paling baik untuk tipe hepatitis ini adalah menghentikan penggunaan alkohol, narkoba atau obat-obatan yang mengganggu hati. Jika hepatitis disebabkan oleh infeksi oportunistik (OI) yang terkait AIDS maka OI itu harus ditangani agar hati bisa sembuh.

Masalah Pengobatan

Hati harus berfungsi dengan baik agar dapat menguraikan sebagian besar obat-obatan. Obat yang tidak menyebabkan gangguan apa pun pada waktu hati kita sehat dapat membuat kita sakit parah bila kita mengalami hepatitis. Ini juga berlaku untuk alkohol, aspirin, jamu-jamuan, dan narkoba. Sebaiknya kita mengetahui dokter mengenai semua obat atau pun suplemen yang kita gunakan.

Pendekatan Alternatif

Dua jenis jamu tampaknya dapat menolong jenis hepatitis apa pun. Pertama adalah licorice (Glycyrrhiza glabra), sering kali diminum dalam bentuk kapsul atau sebagai teh. Sedangkan yang lain adalah ‘widuri susu’ (milk thistle – Silybum marianum, lihat LI 735), digunakan dalam bentuk sari patinya atau teh. Bicaralah dengan dokter atau ahli jamu yang berpengalaman sebelum memakai kedua jenis jamu tersebut.
Selengkapnya....

SIKAP REMAJA MENGHADAPI HIV/AIDS

Dewasa ini, orang ramai membicarakan HIV dan AIDS. Namun banyak di antara mereka yang belum mengetahui apakah sebenarnya HIV/AIDS itu sendiri. Sebagai remaja intelek, sudah seharusnya kita mengetahui apakah sebenarnya HIV/AIDS itu? Bagaimana cara mencegahnya serta bagaimana cara memperlakukan seorang penderita HIV/AIDS.
AIDS yang merupakan singkatan dari Accuirred Immune Deficiency Sindrome adalah suatu sindrom “serbuan” penyakit-penyakit terhadap tubuh akibat menurunnya sistem kekebalan. AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).
HIV dapat menular dari satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah (misalnya transfusi darah, kontak luka, dll.), penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan kehamilan. Penularan melalui produk darah secara teori dapat saja terjadi, namun pada kenyataannya prosentasenya sangat kecil.
Setelah seseorang terinfeksi HIV, HIV akan bersembunyi di dalam sel darah putih, terutama sel-sel limfosit T4. Selama terinfeksi, sel limfosit T4 menjadi wahana perkembangbiakan HIV. Fase ini disebut Stadium Inkubasi. Pada fase ini orang tersebut tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin banyak dan semakin menggerogoti kekebalan tubuhnya. Fase ini berlangsung selama lebih kurang lima sampai sepuluh tahun. Jika dilakukan tes antibodi untuk mengetahui keberadaan HIV, hasilnya akan negatif tapi ia sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Fase berikutnya adalah Periode Jendela (Window Period). Pada fase ini jika dilakukan tes antibodi, hasilnya sudah menunjukkan positif. Hal ini berarti di dalam tubuh sudah terdapat zat anti yang dapat melawan HIV. Adanya zat anti ini bukan berarti tubuh dapat melawan infeksi HIV tetapi hal ini menunjukkan bahwa di dalam tubuh terdapat HIV. Fase ini berlangsung selama satu sampai enam bulan. Pada fase ini penderita akan mengalami sindrome retroviral akut berupa demam, pembesaran kelenjar, pembesaran hati atau ginjal, nyeri otot, nyeri tenggorokan, dan sebagainya seperti pada infeksi virus lain.
Selanjutnya penderita akan memasuki masa tanpa gejala (asimptomatik). Masa ini berarti di dalam tubuh terdapat HIV namun penderita tidak menunjukkan gejala apapun. Setelah masa ini penderita akan mengalami pembesaran kelenjar getah bening secara menetap dan merata (Persistent Generalized Lymphadenophaty). Pembengkakan ini tidak hanya terjadi di satu tempat melainkan di beberapa tempat dan berlangsung selama lebih dari satu bulan.
Setelah melewati fase-fase tersebut, penderita akan memasuki fase Full Blown. Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem immune penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunsan berat badan lebih dari 10 % dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari satu bulan, munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta serta pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh.
Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dll. Bisa menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
Untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak, orang tersebut harus melakukan tes darah dengan cara ELISA (Enzym Linked immuno Sorbant Assay) sebanyak dua kali. Bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot dan Immunofluoresensi.
Pada kenyataannya, tidaklah mudah mengajak seseorang untuk melakukan tes HIV. Untuk itulah dilakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
VCT atau Voluntary Conseling and testing adalah kegiatan konseling atau pengarahan yang diberikan oleh seorang konselor kepada seseorang yang akan melakukan tes HIV dan meyakinkannya sebelum ia melakukan tes HIV,atau untuk mengetahui sejauh mana seseorang beresiko tertular HIV. Konseling ini juga dapat diberikan kepada orang yang ingin mengtahui informasi mengenai HIV dan AIDS secara lebih mendalam. Selain itu, konseling ini bertujuan menyiapakan mental orang yang akan melkukan tes HIV apabila hasil tesnya positif. Konseling ini bersifat rahasia dan dilakukan di sebuah ruangan terututp yang di dalamnya hanya terdapat konselor dan kliennya.
VCT tidak hanya dilakukan sebelum tes HIV. Konseling ini juga harus dilakukan setelah tes. Jika hasil tes seseorang positif, konseling ini akan memberikan dukungan moril kepada orang tersebut. Melalui konseling ini, orang tersebut akan mengetahui cara-cara menghindari penularan HIV kepada orang lain. Mereka juga akan dibantu untuk dapat menghadapi dan menjalani kehidupannya secara positif.
Jika hasil tes yang didapatkan negatif, VCT harus tetap dilakukan. Konseling ini akan memberikan pengetahuan tentang bagaimana menghindari penularan HIV, bagaimana memperlakukan seorang penderita HIV, dan bagaimana menanggulangi HIV di masa mendatang.
Dari survey yang dilakukan, jarang sekali ada orang yang mengakui dirinya terinfeksi HIV. Hal ini membuat HIV/AIDS menjadi fenomena gunung es. Sangat memprihatinkan mengetahui bahwa kasus yang muncul di permukaan ternyata hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi. Kendala ini ditambah lagi dengan terbatasnya tenaga konselor, kurangnya pemahaman masyarakat tentang HIV, serta kurangnya lembaga-lembaga penyelenggara VCT dan LSM-LSM peduli HIV/AIDS di lingkungan masyarakat membuat penanganan HIV/AIDS di Indonesia semakin tersendat. Sebagai anak bangsa, apakah yang dapat kita lakukan.
Pemberian VCT hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang terdidik dan terlatih tapi bukan berarti remaja tidak dapat turut aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS. Sebagai remaja, kita dapat melakukan VCT-VCT lainnya. Misalnya Visual Care Technique atau teknik menjaga pandangan agar terhindar dari perilaku-perilaku seks menyimpang yang dapat membuka peluang masuknya HIV ke dalam tubuh kita. Teknik ini antara lain tidak berpacaran secara berlebihan dan tidak mendekati hal-hal yang berbau pornografi dan pornoaksi.
Selain itu ada Vertical Chain Technique yaitu teknik penghindaran HIV/AIDS dengan cara meningkatkan hubungan vertikal. Maksud hubungan vertikal disini adalah hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Teknik ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, dan selalu mengingat Tuhan di setiap langkah hidup kita.
Tidak hanya itu, kita juga dapat menggunakan prinsip Valiant, Cautious and Thinking. Valiant atau berani maksudnya kita harus berani mengatakan “tidak” untuk narkoba karena narkoba membuka peluang besar penularan HIV (terutama penggunaan narkoba suntik). Cautious atau berhati-hati maksudnya kita harus berhati-hati dalam bergaul. Jangan sampai mengikuti pergaulan yang menjerumuskan kita kepada narkoba dan seks bebas. Thinking atau berpikir artinya kita harus selalu berpikir jernih sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Apalagi jika hal tersebut berkaitan dengan masa depan kita.
Mengapa diperlukan tindakan-tindakan pencegahan seperti itu? Karena sesungguhnya mencegah penularan HIV/AIDS lebih mudah daripada menanggulangi akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti infeksi oportunitis yang telah disebutkan di atas.
Bagaimana jika kita mengetahui ada seseorang di lingkungan kita yang menderita HIV/AIDS? Dalam memperlakukan penderita HIV/AIDS, kita dapat menggunakan VCT (Vast, Chum, and Totalcare). Vast artinya luas. Maksudnya kita harus meluaskan pikiran kita dan pikiran masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS serta bagaimana memperlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Chum (teman baik), kita harus bisa menjadi teman baik bagi ODHA dengan cara Totalcare. Artinya kita harus tetap memperlakukannya dengan wajar, sama seperti kita memperlakukan orang lain, kita harus menyayanginya, mendengar semua keluh kesahnya, membantu agar ia dapat menjalani hidupnya secara positif, dan sebisa mungkin mengajaknya untuk melakukan pengobatan. Melalui cara-cara inilah remaja dapat berperan aktif membantu pemerintah dalam memberantas HIV/AIDS, bukan orangnya.
Selengkapnya....